Jakarta – Kelompok relawan pendukung Presiden Joko Widodo, Projo (Pro-Jokowi), menyampaikan keyakinan penuh bahwa Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berpotensi menjadi kekuatan politik yang signifikan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) serentak tahun 2029 mendatang. Potensi besar ini, menurut Projo, sangat bergantung pada kemungkinan Presiden Jokowi mengambil peran kepemimpinan di dalam tubuh partai berlambang bunga mawar tersebut.

Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Damanik, secara optimistis menyatakan bahwa PSI akan bertransformasi menjadi kekuatan besar jika dinahkodai langsung oleh Presiden Jokowi. Menurutnya, sosok Jokowi memiliki pengaruh dan magnet politik yang luar biasa, yang jika disinergikan dengan struktur partai seperti PSI, akan menghasilkan kekuatan yang patut diperhitungkan dalam kontestasi elektoral lima tahun mendatang.

“Projo pede (percaya diri) PSI dipimpin Jokowi jadi kekuatan besar di Pilpres-Pileg 2029,” ujar Freddy Damanik.

Wacana mengenai kemungkinan Presiden Jokowi memimpin PSI memang belakangan semakin menguat di kalangan pengamat politik dan internal partai. PSI sendiri, yang saat ini dipimpin oleh putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, akan menggelar kongres pada bulan Juli 2025 untuk memilih ketua umum baru melalui mekanisme pemilu raya berbasis e-voting. Proses pendaftaran bakal calon ketua umum pun telah dibuka.

Menariknya, Presiden Jokowi sendiri sempat memberikan tanggapan terkait peluang dirinya memimpin PSI. Ia mengaku masih melakukan “kalkulasi” terkait kemungkinan mendaftar sebagai calon ketua umum, dengan pertimbangan agar tidak sampai kalah jika memutuskan untuk bersaing. Namun, ia juga menyebut proses pemilihan ketua umum PSI masih panjang.

Freddy Damanik melihat sinyal “kalkulasi” dari Jokowi tersebut sebagai indikasi adanya potensi serius. Ia meyakini bahwa jika Jokowi benar-benar memutuskan untuk memimpin PSI, maka tidak akan ada pesaing internal yang mampu menandinginya, bahkan termasuk sang putra, Kaesang Pangarep. Dalam pandangan Projo, Jokowi memiliki kapasitas dan rekam jejak yang tak tertandingi di mata simpatisan dan relawannya.

Menurut Freddy, hubungan antara Jokowi dan PSI bersifat mutualistis. PSI membutuhkan figur sentral yang kuat untuk mendongkrak elektabilitas dan pengaruh politiknya, sementara Jokowi, pasca-menjabat sebagai Presiden, membutuhkan kendaraan politik untuk menjaga legasi dan mengawal pengaruhnya dalam peta politik nasional. Tanpa posisi di partai politik, pengaruh seorang mantan presiden dinilai dapat memudar seiring waktu.

Projo percaya bahwa eksistensi dan pengaruh besar yang dimiliki Jokowi selama ini bahkan memungkinkan beliau untuk membentuk partai politik baru jika memang itu yang diinginkan, tanpa harus bergabung atau memimpin PSI. Namun, jika opsi memimpin PSI yang dipilih, Projo sebagai salah satu organ relawan utama pendukung Jokowi, siap memberikan dukungan penuh.

Pernyataan Projo ini tentu menarik perhatian di tengah dinamika politik pasca-Pemilu 2024. Posisi PSI, yang berhasil melewati ambang batas parlemen di Pemilu 2024, menjadi semakin strategis. Jika Presiden Jokowi benar-benar bergabung dan memimpin PSI, hal ini diperkirakan akan mengubah peta kekuatan politik secara signifikan menjelang Pemilu 2029. PSI, yang sebelumnya identik dengan representasi anak muda dan isu-isu perkotaan, bisa jadi akan menarik basis dukungan yang lebih luas dengan hadirnya figur sekaliber Jokowi.

Di sisi lain, partai politik lain memberikan beragam reaksi. PDIP, yang pernah menjadi tempat bernaung Jokowi sebelum adanya perbedaan sikap politik, menyatakan menghormati hak politik setiap individu, termasuk Jokowi. Namun, ada pula nada sindiran dari beberapa kader PDIP terkait kemungkinan Jokowi memimpin PSI, mengingat status Jokowi yang pernah dipecat dari PDIP. Partai politik lain umumnya menyatakan menghormati keputusan politik Jokowi jika beliau memilih untuk bergabung dengan PSI.

Kongres PSI pada Juli 2025 akan menjadi momen penting yang akan menentukan arah partai ke depan. Apakah “kalkulasi” Presiden Jokowi akan berujung pada keputusannya untuk merapat dan memimpin PSI, atau akan ada skenario politik lain, masih menjadi tanda tanya besar. Namun yang jelas, Projo telah menyatakan keyakinannya: PSI di bawah kepemimpinan Jokowi akan menjadi kekuatan besar di panggung politik nasional pada Pemilu 2029.